Secara
harfiah da’wah merupakan masdar dari fi’il da’a dengan arti ajakan, seruan,
panggilan, undangan.Dalam Al- Qur’an surat An- Nahl ayat 125 disebutkan bahwa
dakwah adalah mengajak umat manusia ke jalan Allah dengan cara bijaksana, nasehat
yang baik serta berdebat dengan cara yang baik pula.
“Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Sedangkan
hakikat dakwah Islam yang dicontohkan oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya
adalah dalam rangka mewujudkan kesejahteraan umat baik di dunia dan di akhirat,
dengan bermanhajkan Islam, berpedoman pada Al-Qur’an dan sunnah. Dan tentunya,
selain mewujudkan itu, bahwa hakikat dakwah juga ingin memberikan kontribusi
perbaikan.
Seorang
da’i atau mubaligh dalam menentukan strategi dakwahnya sangat memerlukan
pengetahuan dan kecakapan di bidang metodologi. Selain itu bila pola berfikir
kita berangkat dari pendekatan sistem (system apprach), di mana dakwah
merupakan suatu sistem dan metodologi merupakan salah satu komponen dan
unsurnya, maka metodologi mempunyai peranan dan kedudukan yang sejajar
atau sejajar dengan unsur- unsur lainya seperti tujuan dakwah, sasaran
masyarakat, subyek dakwah (dai atau mubaligh).Dan tidak bisa ditinggalkan
pentingnya sebuah materi dakwah juga menentukan metode yang seperti apa yang
nantinya akan dipergunakan dalam berdakwah.
Ketika
seseorang inggin berdakwah juga harus memperhatikan media dakwah yang mana juga
memiliki peranan atau kedudukan sebagai penunjang tercapainya tujuan. Media
dakwah mencangkup keseluruhan aktifitas (kegiatan) dakwah walaupun itu bersifat
sederhana dan sementara. Dengan demikian media dakwah adalah segala sesuatu
yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah
ditentukan. Media dakwah ini dapat berupa barang (material), orang, tempat,
kondisi tertentu dan sebagainya.
Dalam
semua aktivitas dakwah tentunya sebuah sasaran haruslah dirumuskan agar tujuan
umum dakwah dapat tercapai dengan cara dan tahapan yang realistis. Jadi dari
semua pemaparan di atas merupakan sarana untuk mencapai sebuah tujuan dakwah
yang efektif dan efisien agar lebih jelasnya perlunya pembahasan yang lebih
detail dalam makalah ini.
Istilah
dakwah Islam diungkapkan secara langsung oleh Allah SWT dalam ayat-ayat
Al-Qur’an . kata dakwah di dalam Al-Qur’an diunkapkan kira-kira 198 kali yang
tersebar dalam ayat 55 surat (176 ayat). Kata dakwah oleh Al-Qur’an digunakan
secara umum. Artinya, Allah masih menggunakan istilah da’wah il Allah(
dakwah Islam) dan da’wah ila nar (dakwah setan) oleh, karena itu, dalam
tulisan ini dakwah yang dimaksud adalah da’wah ila Allah (dakwah Islam).
Secara
terminologi, para ahli berbeda-beda dalam memberikan pengertian tentang dakwah
Islam. Ada yang mengartikan dakwah Islam secara luas seperti Hasan al-Banna,
ada yang memberikan pengertian bahwa dakwah merupakan transformasi sosial,
seperti Adi Sasono, Dawam menafsirkan dakwah secara normatif yakni mengajak
manusia ke jalan kebaikan dan petunjuk untuk memperoleh kebahagiaan di duniadan
akhirat.
Meskipun
terjadi perbedaan-perbedaan, tetapi sebenarnya pendapat-pendapat nereka memilki
benang merah yang dapat menjadi titik temu dan hakikat dari dakwah itu sendiri,
yakni dakwah Islam sebagai aktivitas (proses)mengajak kepada jalan Islam.
Dalam
aktivitas mengajak kepada jalan Islam, Al-Qur’an memberikan gambaran yang jelas
seperti tertera dalam surat Fushilat (41) ayat 33 :
Siapakah
yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk
orang-orang yang menyerah diri?"
Dari ayat ini ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam menjalankan
aktivitas dakwah, yakni dakwah bil-qoul dan dakwah bil-amal. Dakwah
bil-qaul dapat dilakukan secara individual, kelompok atau massa.
Inilah yang kemudian menjadi kajian utama dalam Progam Studi Komunikasi
Penyiaran Islam (KPI) dan Bimbingan Konseling Islam (BKI). Sementara dakwah bil-amal
merupakan aktivitas dakwah yang dilakukan dengan cara social engineering
(rekayasa sosial). Dakwah model ini yang menjadi fokus kajian program studi
pengembangan masyarakat Islam (PMI). Untuk mengefektifkan dan mengkoordinasikan
antara antara dakwah bil-qaul dengan dakwah bil-amal
diperlukan adanya manajemen dan inilah yang menjadi fokus dalam Progam Studi
Manajemen Dakwah (MD).
Episode selanjutnya membahas "Sifat-sifat Dakwah"
0 comments:
Post a Comment