News Update :
Home » » UAS BERKAH

UAS BERKAH

09:44

“Hanya dengan ujian, seseorang akan diketahui sebagai orang yang mulia atau terhina. Sikap seorang mukmin sungguh ajaib! Karena segala kondisi baik baginya. Hal itu hanya berlaku bagi seorang mukmin saja. Apabila ia mendapat kesenangan, maka ia bersyukur, itu menjadi kebaikan baginya. Dan apabila ia tertimpa musibah, ia tetap tabah, maka itupun menjadi kebaikan baginya.” (riwayat muslim 2999)
Hadits ini bagi kami sewaktu masih menjadi Santri dulu, sungguh tak asing lagi, karena setiap menjelang Ujian selalu disampaikan oleh Mudir (Pimpinan Ponpes) Raudhatul Ulum Sakatiga, KH. Tol’at Wafa Ahmad (semoga Allah selalu memberkahi beliau). “Jadi ketika kita menghadapi suatu ujian maka kita akan mendapatkan dua kondisi. Kondisi pertama kita akan menjadi Mulia dengan Ujian itu, dan Kondisi kedua kita bisa menjadi Terhina” begitu nasehat yang beliau sampaikan. Kedua Pilihan itu ada pada diri kita masing-masing, apakah kita akan menjadi mulia atau sebaliknya. Saya yakin semua orang mengingikan kemulian dan untuk mendapatkan kemulian itu harus ditempuh dengan cara-cara yang mulia juga. Tidak boleh kemulian itu kita dapatkan dengan cara-cara yang terhina, karena nanti kemulian itu tidak akan ada maknanya. Oleh sebab itu dalam memperoleh Kemulian dalam sebuah Ujian setidaknya kita harus menyiapkan bekal, bekal tersebut adalah “DUIT”. Apa itu Duit? DUIT adalah (Do’a, Usaha, Ikhlash dan Tawakkal). yang pertama adalah Do’a, karena kemulian itu bersumber dari Allah, maka kita langsung minta dengan sang pemilik dan pemberi Kemulian itu yaitu Allah SWT. Baik melalui Sholat, Tilawah Al-Qur’an dan Ibadah-ibadah yang lainnya. yang kedua adalah Usaha, Kita harus melakukan Usaha untuk mempelajari materi yang akan diujikan ketika menghadapi Ujian tersebut. benda-benda seperti Jimat itu tidak akan berguna, dan juga pada sa’at ujian kita tidak bisa mengharapkan bantuan dari orang lain atau menunggu datangnya wahyu dari langit. Hal inilah yang terjadi dengan kami ketika menghadapi Ujian di pesantren dulu, karena ada sebagian dari peserta Ujian yang menoleh ke atas (Langit-langit kelas) maka ditegur Oleh Ustadz Asnawi Km L.c yang mengawasi kami pada sa’at itu. “Ngapain lihat ke atas, Wahyu sudah habis, jadi tidak akan diturunkan lagi” mendengar statement tersebut sontak kami tertawa. Usahakan juga kita menghadapi ujian tersebut dengan Jujur dan sifat-sifat yang terpuji lainnya. yang ketiga adalah Ikhlash, kita hadapi Ujian itu dengan ke Ikhlasan dan dengan mengharap Ridho Allah SWT. Dan yang keempat atau terakhir adalah Tawakkal, akhirnya setelah kita melakukan Doa dan Usaha secara Ikhlas, kita serahkan semua hasilnya kepada Sang Maha Kuasa. Apabila yang kita peroleh itu rasanya tidak baik, belum tentu itu memang tidak baik untuk kita, dan begitu juga sebaliknya. Sebagaimana Allah telah mengingatkan kita dalam Firman-Nya “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al-Baqarah:216) Wallahu a’lam bish showab.
By. Munawwir El-Fatih (Ketum Nadwah Unsri 2013)
YOU MIGHT ALSO LIKE

0 comments:

Post a Comment

 

© Copyright Pemuda Pemudi Muslim 2011 -2012 | Design by Febrian Iskandar | Published by Pemuda-Pemudi Muslim | Powered by Blogger.com.